KENANGAN MALAM
Oleh Faqih Hindami
Aku kembali pada malam-malam terang. Beranjak dari ufuk timur kelam
sang permaisuri malam merauni langit. Sinarnya terpantul di mata serigala hutan.
Cumulus dan cirrus gelap mengiringnya.
Tangkai-tangkai
Colorado Columbina berdansa, di bawah langit malam terbias benderang
bulan, menebar aroma malam-malam kenangan. Angin mengangkatnya terbang,
lalu menjatuhkannya pada satu memoar. Tentang seorang bocah dengan
kerling di matanya, duduk di bangku perpustakaan tua, bersama buku-buku
using dari almari, dan gadis kecil yang memantulkan cahaya purnama dari
matanya duduk di sampingnya.
Aku berbaring di atas rerumputan basah yang melambai riang di bawah sinar terang.
Sesekali
embun malam menampar-nampar wajahku. Bukit-bukit meniupkan kenangan ke
jalan raya, kenangan tentang gadis periang yang mengabariku tentang satu
cinta di suatu senja.
Bulan menutup diri di pucuk kering
Flamboyan. Cahayanya mengintip ke dalam ruang kosong terkunci. Dulu
peluh seorang bocah pernah jatuh ke lantainya, saat kegugupan habis
menelan jiwanya. Angin luar saja enggan mengusapnya, ketika daun kering
jatuh dari rantingnya, hingga cinta dari mata seorang gadis
meyakinkannya.
Aku kembali pada malam-malam terang. Cukuplah
kenangan itu mencemooh dan menjilat pucat pasi wajahku. Dan biarkan
udara malam jadi penafsir kata demi kata pada kertas-kertas lusuh dengan
tetes tinta hitam. Hingga pujian terucap pada sajakputih yang abadi.
Sungailiat,
Akhir Oktober 2011
Cukuplah kenangan itu mencemooh dan menjilat pucat pasi wajahku
Biarkan udara malam jadi penafsir kata demi kata
Pada kertas-kertas lusuh dengan tetes tinta hitam
Advertisement
Selasa, 17 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar