Sungai Barito
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Barito | |
---|---|
Gelondongan kayu yang dibawa melintasi Sungai Barito pada tahun 1970 | |
Mata air | Pegunungan Muller |
Mulut sungai | Laut Jawa |
Negara DAS | Indonesia |
Panjang | 909 km |
Ketinggian mata air | ... |
Luahan rata-rata | ... m³/s |
Wilayah DAS | ... km² |
Sungai Barito atau sungai Dusun (atau disebut juga sungai Banjar Besar[1][2][3] atau Sungai Banjarmasin pada bagian hilirnya)[4] adalah wilayah di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito. Nama Barito diambil berdasarkan nama daerah Barito (dahulu Onder Afdeeling Barito) yang berada di hulu termasuk wilayah provinsi Kalimantan Tengah, tetapi sering dipakai untuk menamakan seluruh daerah aliran sungai ini hingga ke muaranya pada Laut Jawa di Kalimantan Selatan yang dinamakan Muara Banjar/Kuala Banjar.
Dalam Hikayat Banjar, sungai Barito disebut juga Sungai Banjar (Banjar river)[5] dan ada juga yang menyebutnya Sungai Cina (China river) karena banyaknya aktivitas pedagang Tionghoa di sungai ini pada zaman dahulu.[6][7]
Sendimentasi atau pendangkalan di sungai Barito semakin parah akibat semakin meluasnya alih fungsi lahan dari hutan tropis/hutan bambu menjadi lahan kelapa sawit/karet serta berkurangnya tutupan lahan di Kalimatan Selatan dan Kalimantan Tengah. [8]
Sungai yang terbesar dan terpanjang di Kalimantan Selatan adalah Sungai Barito. Hulu sungai Barito berada di pegunungan Schwaner, membujur dari wilayah Kalimantan Tengah di bagian utara Pulau Kalimantan hingga bermuara di Laut Jawa, sepanjang kurang lebih 1.000 kilometer. Lebar Sungai Barito rata-rata antara 650 hingga 800 meter dengan kedalaman rata-rata 8 meter.[9] Lebar sungai pada bagian muara yang berbentuk corong mencapai 1.000 meter, sehingga sungai Barito merupakan sungai terlebar di Indonesia. Bagian terpanjang dari Sungai Barito mulai dari hulu sungai terletak di wilayah Kalimantan Tengah, sedangkan sisanya sampai ke muara sungai berada di wilayah Kalimantan Selatan.
Kalimantan Selatan termasuk ke dalam wilayah kepulauan bercirikan sejumlah besar sistem sungai yang mengalir dari daerah pedalaman ke lautan. Menurut Hall, keadaan seperti itu merupakan sebuah keistimewaan yang membawa pengaruh signifikan terhadap perkembangan sosial dan ekonomi daerah bersangkutan. Dari waktu ke waktu orang bermukim di antara berbagai sistem sungai itu, sehingga terjadi konsentrasi penduduk di daerah delta yang luas di mulut sungai.[10]
Begitu pentingnya arti jaringan sungai, sehingga para penguasa wilayah selalu berusaha untuk mengontrol seluruh jaringan sungai yang ada di dalam wilayah kekuasaan mereka demi untuk mengimplementasikan hegemoni politik mereka. Meskipun demikian, tidak mudah untuk melakukan kontrol ekonomi secara langsung terhadap penduduk yang bermukim di hulu sungai dan para pendatang di pantai. Oleh karena itu biasanya penguasa wilayah mengandalkan kekuatan fisik maupun pembentukan aliansi untuk menguasai daerah pedalaman.[11]
0 komentar:
Posting Komentar